Defisit

  • 0

Banyak dari kita yang sungguh lihai berpura-pura, lihai bersandiwara, intinya, lihai berdusta.

Banyak pula dari kita, yang masih pamrih dan remidi untuk berlaku ikhlas saat melakukan kebaikan, pertolongan, atau merelakan.

Dan amat sangat banyak dari kita, yang berekspetasi terlalu tinggi, namun tak siap saat harus terjun bebas.

Sebenarnya apa sih yang salah dari berekspetasi? Tak ada.
Yang salah adalah ketidak siapan kita saat menerima compang-campingnya hasil yang mbleset jauh dari apa yang kita ingini tersebut.

Lalu kalau sudah tak mendapat apa yang diingini, kita merasa hidup ini tak adil.

Sebagai manusia, memang wajar rasanya jika kita ingin mendapat keadilan.
Tapi adil yang bagaimana? Apakah adil berarti mendapatkan hal yang sama seperti apa yang tlah kita berikan? Apakah adil juga berarti kita diperlakukan sama persis seperti kita memperlakukan orang lain?

Saya pikir, adil tidak harus impas, tidak harus setimpal, tidak harus pak-pok. Tidak.

Sekarang kalau kita mengharapkan sekarung emas dari orang miskin yang sering kita sedekahi, tentu lah tak mungkin.

Pun kalau kita ingin selalu dirawat oleh bayi yang baru berumur enam bulan seperti kita menyuapi dan memandikan mereka, tentu saja tak bisa. Alih alih disuapi, kau hanya akan diratapi atau ditumpahi semangkuk bubur lalu harus mandi sendiri.

Berbuat baiklah meskipun ia yang kau perlakukan dengan baik tak membalas kebaikanmu hari ini. Karena kuberi tau satu hal,
Bahwa berbuat baik bukan berdagang.
Tidak ada untung rugi atau satu di antaranya. Bahkan kau tak pernah rugi atau sakit hati karena berbuat baik.
Karena sepedih-pedihnya kebaikan yang tak dibalas kebaikan pula, lebih pedih lagi kebaikan yang ditolak mentah-mentah.

Malang,
10 Juli 2014.
@FirdaaaFF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar