Mimpi apa aku semalam,
hingga hari ini ada tamu datang tak diundang.
Seorang perempuan, yang ternyata jalang.
Tiap perempuan harusnya seperti Kartini.
Tapi yang satu ini, sungguh jauh -- bahkan kurasa ia pasti tak mampu menjadi atau sekedar meneladani Kartini.
Wanita ini terlalu tak tau diri.
Ntah apa yang kau pelajari selama ini, tapi orang buta sekalipun paham benar bahwa maaf adalah sesuatu yang sakral.
Yang tak boleh dijadikan mainan atau malah cuma dijadikan kedok.
Tapi kurasa, kamu memang wanita dengan muka tembok.
Muka tembok.
Lagakmu tinggi dan berkuasa.
Di tangannmu, hati lelaki serupa boneka.
Bebas kau mainkan, atau bahkan..
kau hancurkan.
Bertandang dari pintu satu ke pintu lainnya,
bertanya kabar dan apa semua masih baik saja.
Memastikan bahwa kamu masih dicintai oleh banyak pria,
yang sebenarnya sama sekali tak ada artinya sampai kamu menemukan yang lebih bisa membuatmu tergila-gila,
tanpa peduli berapa banyak yg sudah kau sia-sia.
Ingin rasanya aku memekik tepat di telingamu hingga pendengaranmu tercekik.
Bahwa tanpamu, semua tetap berjalan dengan baik.
Bahkan jauh lebih baik saat kendali lelaki ini berada di tanganku.
Semua berjalan dengan baik,
Dan jangan sekali-kali kau mencoba untuk mengusik apa yang dulu kau usir karena bagimu tak lagi menarik.
Jangan sekali-kali mengusik,
karena kuku dan jemariku siap menari di atas pipi dan lehermu sampai kau terpekik dan mati tercekik.
I dare you!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar