Mengetahui kamu pernah disakiti sebegitu rupa hingga keteduhanmu pada kaum hawa sempat pudar dan nuranimu terkuras hampir sampai ampas-ampasnya adalah alasan kenapa aku sangat bersikeras meyakinkanmu bahwa aku berbeda. Aku tak sama seperti ia yang pernah memberimu luka.
Pun alasan mengapa aku terlalu emosional sampai kadang berpolah irasional.
Aku mau kamu baik-baik saja dan tidak terluka untuk yang kedua kali oleh perempuan, termasuk diriku sebagai pasangan.
Because, watching someone that I love the most struggle is not just painful. It takes everything out of me.
Aku ingin mengembalikan apa-apa yang telah hilang darimu meski itu berarti menyita tak sedikit tenaga, waktu, dan ketabahanku. Merelakan aku menjadi layangan yang bebas kamu tarik ulur, atau boneka yang kamu peluk lalu kamu campakkan saat sudah sedikit lebih baikan. Terserah semenyebalkan apapun kamu, I'll do anything in my power to make you stop hurting me and feeling this way; that women are the same, to see the old you back, and to make you know that I love you.
I love you more than I love myself.
Di top-of-the world versi kita, kamu sempat menjadi lelaki yang meragukan kemampuan dan perasaan dan orang-orang yang menyayangimu termasuk aku. Dulu, saat kamu masih dilanda trauma.
Dan seperti yang kamu rasakan, sejak itu aku juga jadi takut --bahkan terlalu takut-- pada setiap jejak di depanmu yang bisa saja membuatmu terperosok di kubangan yang sama. Pada tangan yang akan menuntunmu menuju luka-luka lama.
Aku mulai khawatir pada orang-benda-termasuk bayangmu sendiri yang bukan tidak mungkin tiba-tiba mengkhianatimu, membodohimu, menelantarkanmu, menyakitimu --yang berarti juga menyakitiku.--
Whoever and whatever the cause of your pain is, it hurts me more than I could've ever expected.
Karena saat aku mendengar kisahmu ini lah aku baru merasakan pilu yang benar-benar pilu. Dan alasan ini pula yang membuatku benar-benar ingin mengobati lukamu yang kini juga jadi lukaku. Karena bahagiamu, bahagiaku.
Waktu terus merangkak dan kamu kini sudah bisa dibilang segar bugar. Remah-remah hatimu sudah tersusun rapi dan siap untuk dinikmati lagi dengan orang baru; dengan aku.
Tapi satu kecerobohan yang aku lakukan ternyata membuat semuanya tak berjalan seperti yang kita idam-idamkan.
Untuk hal ini, maafkan aku.
Maafkan aku yang terlalu sayang dan mencintai kamu. I love you more than I love myself, remember?
Maafkan aku yang terlalu ingin menjagamu tanpa sadar bahwa caraku tak selamanya benar.
Maafkan aku yang kadang sangat keterlaluan ingin taunya karena aku takut kamu lupa ini itu.
Sekali lagi, tolong maafkan aku.
Aku sadar, kita ini sama seperti bocah yang sedang demam. Suka meracau abcd sampai z dan ngeyel jika ingin sesuatu tapi tak dituruti.
Kita seperti bocah yang terlalu dijaga karena orang tua kita takut kita terserang penyakit. Namun karena "terlalu" itulah saat kena hujan, becek, gak ada ojek, kita bisa langsung sakit keras. (Ehm, oke. Maafkan aku lagi karena selimuran barusan tidak lucu. Aku memang tidak selucu kamu. Maafkan ya.)
Eng, tadi sampai mana?
Oh, hmm, intinya aku minta maaf karena jadi kayak orang tua yang terlalu menjaga yang ujung-ujungnya bukan menyehatkan tapi malah membuat kamu rentan sakit.
Karena aku yang keterlaluan inilah, kamu jadi rentan sakit saat aku bertindak sangat-sangat di luar kebiasaan sampai kamu, bahkan aku sendiri kaget dan kewalahan.
Untuk hilangnya ceria dan cuilnya tawa di antara kita, aku sungguh sungguh minta maaf.
Aku kini yakin, sama seperti demam, luka dan apapun jenis sakitnya, tak melulu semuanya butuh pertolongan. Ada yang bisa sembuh dengan cara alami.
Maka dengan segala kesadaran diri dan kepercayaan hati bahwa "kita" masih bisa diperbaiki, aku ingin membiarkanmu sembuh dengan caramu sendiri dan sabar menunggu kamu kembali. :)
Karena kita sama-sama mau berproses dan tau bahwa kita bisa seperti sedia kala. I won't give up on us, Yup. I won't give up.
I'm so sorry for being a kind of partner who can't just love you and feel nothing when you're in pain. I know sometimes it sucks to live with an extrovert like me, while you're a chronically introvert.
But some people say, “The deeper the love, the deeper the pain.”
Lagi-lagi, maafkan aku yang terlalu mencintaimu hingga ikut merasakan sakitnya kamu dan jadi keterlaluan menjagamu.
However, I finnaly learned that everyone will through and experience lots of pain. That's what makes us human and how we could have a strong connections with other humans. With you.
Untuk yang sedang reinkarnasi dan kehangatannya sangat dinanti-nanti,
Dari yang terlalu sayang tapi nggak pingin lagi terlalu mengekang.
Karena aku percaya, ketika seseorang memberi kamu kebebasan, kewajibanmu menahan diri menjadi berkuadrat-kuadrat lebih banyak.
FF
Hampir akhir Maret - 2013
*PS : kamu tau selain lemah dalam pelukanmu, aku lemah dalam grammar... Jadi... Maafin kalo grammarku ancur ya, Sayang! :'>
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar