Hujan selalu menghadirkan sebuah tanya, namun juga selalu menyajikan sebuah jawaban.
Awalnya, ia datang dengan malu-malu. Mengendap-endap tanpa isyarat, ataupun pertanda.
Ia bisa tiba-tiba saja jatuh sesuka hatinya, seenak udelnya.
Seringkali, hujan disalah artikan sebagai pembawa lara. Sebagai sebab seseorang berduka dan sebagai terdakwa yang menyebabkan seseorang jadi takut akan takdir.
Bagi diriku sendiri, hujan adalah penenang dalam kepelikan, pembawa air mata, dan alarm agar aku tak lupa apa itu kehilangan.
Omong-omong lupa, kadang, sesuatu yang harus seseorang lupakan adalah sesuatu yang justru jauh tersimpan begitu dalam; kebahagiaan yang terkurung dalam wujud kenangan dan tak bisa diulang, salah satunya.
Seorang pria, sederhana saja. Suaranya yang selalu membangunkan ku di pagi hari ketika aku hendak berangkat ke sekolah.
Senyumnya yang selalu sabar menungguku di mobil saat aku belum selesai berkemas dan asik leha-leha menonton kartun pagi hari, tapi kemudian jadi terbirit-birit masuk kedalam mobil karena ia sudah mulai mengernyitkan alisnya; tanda kesal. Hingga akhirnya kegiatan sarapan pagi dan memakai sepatu tak pernah seharipun tak kulakukan di dalam mobil bersama dirinya yang hanya tertawa kecil karena berhasil mendesakku sambil sesekali mencuri sesuap-dua-suap sarapan ku.
Pria ini mengajariku banyak hal; bagaimana cara tertawa dalam kesedihan, cara menghargai berbagai perbedaan, dan cara bermimpi walau dalam kemustahilan. Tapi, ia jarang sekali mengajariku untuk mengalah. Wajar, wataknya sangat keras. Baginya, tidak salah, ya tidak mengalah. Ia tak perhitungan perkara harga makanan, tapi ia sangat cermat, saat menyangkut harga diri. Kalau bicara dengannya, kau harus hati-hati.
Ia adalah partner terbaik dalam melahap ber-ekor-ekor kepiting asam pedas favorit kami. Melahap udang bakar dan cumi asam manis, lontong balap dan bebek goreng, indomie dan rujak cingur, sampai berebut menghabiskan dulitan terakhir mayonaise pun kami lakukan bersama.
Tapi, jangan harap kami akan berebut sayuran! Haha, iya! Kami adalah pembenci sayuran garis keras!
Ia juga partner terbaik dalam memilihkan model-model pakaian untuk mama, aku, dan adik. Seleranya sangat bagus, dan sejalan denganku.
Baju kesukaannya adalah yang bermotif garis-garis, atau Polo T-shirt berkerah dan bermotif garis-garis pula, pastinya.
Ia juga partner terbaik dalam perjalanan liburan di setiap akhir pekan. Dimana aku selalu duduk di kursi depan, tepat di sampingnya. Untuk kemudian berlagak menjadi copilot yang membantunya di sepanjang perjalanan. Keren kan? Haha.
Pria yang satu ini, juga merupakan motivator terbaik dari seluruh motivator yang pernah ku tonton! Melebihi pak Mario Teguh 'salam super' atau siapaun motivator ternama di dunia!
Ia sangat sederhana dan tak banyak bicara. Namun, ia memukau dengan caranya sendiri.
Iya. Papaku, hebat! :)
Beliau adalah orang yang paling mengerti bagaimana cara menghadapi seorang Farida Firdani.
Berbicara dengan beliau, tak merasa seperti sedang digurui atau disalah-salahkan.
Ia selalu mengajak lawan bicaranya; termasuk aku, untuk berpikir bersama mencari titik terang, bukan dengan bentakan-bentakan tak bermakna disertai wajah garang. Namun terkadang pada orang-orang yang ia benci atau tak ia sukai, sarkas-nya mampu membuat air mata-semangat-dan percaya diri langsung jatuh berguguran seperti daun-daun jati yang meranggas.
Ia juga salah satu orang yang berjasa banyak dalam perkembangan akademikku. Selain dukungan materil; karena memang beliaulah yang berkewajiban mendanai pendidikanku, beliau merupakan satu-satunya orang yang mampu 'menyetrum'-ku hingga nilaiku hampir mendekati sempurna tiap semesternya.
Caranya sederhana. Beliau mengiming-imingiku dengan segala hal yang aku inginkan, yang akan ia berikan jika nilai ku mencapai rata-rata 8 atau 9 dan mendapat ranking 3 besar. Beliau pula yang selalu membelaku jika mama sedang marah-marah tak tentu arah kepadaku saat nilaiku masih belum memuaskan, bagi Mama. (Asal kalian tau, nilai memuaskan bagi mama adalah di atas 90)
Kata Papa, Mama cuma terlalu gengsi saja untuk memuji. Dan memarahi aku, agar aku tak gampang berpuas diri. :)
But, no matter what the reasons are, for me, he's always be my savior.
Menulis di tengah kantuk begini, jadi mengingatkan ku ketika dulu aku dan Papa sering sengaja menggoda Rafa kecil yang tengah tertidur pulas, hanya untuk memancing Mama agar marah-marah lalu kami akan sembunyi, atau berlagak seperti orang tidak bersalah atau memeluk mama, atau pura-pura tidur lagi, lalu tertawa bersama-sama ketika Rafa bangun lalu menangis hingga pipinya yang gemuk itu memerah seperti buah apel yang sangat ranum. Dan Mama kemudian pasti akan menjewer telingaku dan mencubit perut tambun Papa, tapi kami serempak kabur ke dapur untuk sekedar mencicipi masakan Mama yang belum jadi, namun tetap terasa uenak. Yap! We're a partner in crime! x))
Pa, saya rindu dengan suasana rumah yang ramai dan gaduh seperti itu. Amat sangat rindu.
Di surga ada sambel ulek dan kejar-kejaran dari kasur ke dapur juga ndak, Pa?
Omong-omong kejar-kejaran, ingat tidak, saat tiap sabtu sore kita sekeluarga selalu nongkrong di pelataran Jam Gadang? Sekedar duduk-duduk menikmati senja dan hawa Kota Bukittinggi yang ramah, dan aku sibuk menemani Rafa bermain mobil remote control hingga harus ikut lari kesana kemari, lalu keletihan dan akhirnya duduk selonjoran sambil melahap kebab ekstra mayonais kesukaanku, yang dijual di depan Plaza Ramayana. Sedangkan kalian berdua duduk manis sambil melahap kacang rebus, atau jagung manis yang dijual di sekitar pelataran Jam Gadang. Kalian berdua terlihat amat sangat serasi banget sekali. (sengaja hiperbola :')
Kulit sawo muateng, dan kuning langsat asli chinese. Mata belok khas jawa dan sipit sipit Tionghoa. Hasilnya, ya aku dan Rafa ini. Aku; belok, tidak hitam, tapi juga tidak putih, dan tidak bisa gemuk kayak Mama. Dan Rafa; sipit, kulit coklat terbakar dengan badan kekar.
Perpaduan jawa-cina yang eksotis! Hihi.
Malam minggu ku dulu adalah malam minggu yang tidak pernah suram, atau merasa hina jika diri sedang jomblo. Maklum, pacaran ku dulu hanya sebatas belajar bersama di sekolah. Itupun rame-rame. Hahaha.
Kalau tidak keluar rumah untuk jalan-jalan, Papa selalu di sampingku. Menemaniku begadang hinga hari minggu pagi hanya demi menonton film-film box office dan mendengar racauanku tentang hari-hariku di sekolah.
Beliau yang selalu membela ku jika mama sudah marah-marah menyuruhku tidur. Aturannya satu; aku harus sembunyi dengan cara dikempit di lengan beliau, sampai mama yakin kalau aku sudah benar-benar tidur.
Masalahnya satu, Papa adalah orang yang menganut paham 'mandi saat akhir pekan itu bukan hal yang cukup penting untuk dilakukan.'
Bagi beliau, mandi di akhir pekan dihitung olah raga, karena merupakan kerja keras melawan seribu satu malas. :'>
Minggu pagi, adalah jadwal kami untuk jalan-jalan atau sekedar lari-lari kecil mengitari Lapangan Kantin. Dan sesudah itu, kami akan istirahat di depan rombong bubur, sekalian memesan bubur ayam dengan kuah kuning favorit kami! :D
Biasanya, aku dan papa selalu nambah 1 mangkok untuk masing-masing kami. Hehe :D
Setelah dari Lapangan Kantin, hidangan minggu pagi berlanjut ke daerah Jambu Air. Sepiring rujak cingur (ekstra cingur, alias nambah cingur) dan segelas soda gembira meluncur masuk lagi ke dalam perutku. Dan akhirnya....... aku pulang kerumah dengan keadaan terlelap di mobil. Sesudah makan sampai kekenyangan, memang paling enak langsung ketiduran. Hehe :D
Atau, jika sedang bosan dengan bubur ayam, masih ada mi pangsit enak dan telor setengah matang yang dimasak dengan amat sangat pas di salah satu kedai makan di daerah Kampung Cina.
Atau, Mie Aceh di ruko belakang Ramayana. Haha, masih ada 1001 kuliner favorit yang tertinggal di sana, Ranah Minang :')
Masih teringat juga saat setiap hari, beliau lah yang selalu menjemputku saat aku selesai latihan basket di Lapangan Kantin tiap sore.
Capek dan badmood seusai latihan, hilang setelah kehadiran beliau :) Seperti biasa.. kami tidak langsung pulang! :D Tapi berkeliling-keliling dulu di sekitar pasar ateh, jam gadang, dan pasar aur, agar mood ku kembali. Iya! beliau selalu tau bagaimana cara menyenangkan ku dengan cara yang sederhana sekalipun! :) Beliau tau bahwa Farida Firdani suka keramaian dan memerhatikan orang-orang lalu lalang, kemudian merangkai guyonan dari kegiatan observasi itu.
Kami lalu mampir untuk membeli martabak manis, lalapan lele, dan bakso iga untuk menyogok mama agar tidak marah karena kami pulang telat. Setelah itu, baru kami pulang ke rumah.
Karena sampai rumah sudah lewat petang, dan jika sudah malam sungguh susah sekali memasukkan beberapa kelinci yang ada dihalaman belakang rumah, biasanya aku dan papa membiarkan mereka berkeliaran dihalaman belakang....... tanpa bilang ke mama kalau kelinci-kelinci itu belum dimasukkan kandang, tentunya. Hahaha.
Perjalanan panjang Bukittinggi - Surabaya waktu itu adalah perjalanan terakhir ku dengannya.
Setelah berkali-kali menjadi copilot dan navigator saat liburan ke danau maninjau, danau singkarak, medan, danau toba, jakarta, puncak, bandung, dan beberapa daerah lainnya.. Mudik 3 tahun yg lalu adalah mudik terakhirku bersama beliau :') Kali terakhir aku menjadi navigatornya :'D Kali terakhir aku membuka peta di tengah malam buta, diterangi oleh lampu mobil, guna menuntun ke arah mana tujuan kami selanjutnya. Kali terakhir aku harus terjaga setiap malam selama 4 hari perjalanan agar tidak salah belok disetiap persimpangan dan plang penunjuk arah yang ada dan menemani Papa karokean agar tidak dijerat kantuk. Pekerjaan yang sangat seru dan mengasyikkan! :'D
Hhh, tapi semua berubah, dan aku benci perpisahan! :')
Sekarang, aku sudah kelas 9 Pa :) Firda sudah bukan anak kecil berseragam merah putih lagi. Firda kecil sudah mulai bisa mengikhlaskan semuanya.
Memang, terkadang gadis kecilmu ini masih iri jika teman-temannya tengah bercerita tentang bagaimana keluarganya. Terlebih, jika bercerita tentang bagaimana sosok "ayah"-nya di rumah :') Terlebih dan terlebih lagi, jika ada anak yang di antar jemput ayah-nya. Terus terang, aku iri, Pa :') Aku ingat, dulu Papa yang selalu ada buat aku. Kapanpun gadis kecilmu ini butuh. :')
Tapi, apapun itu, aku bukan anak kecil lagi, Pa. :)
Habis ini Firda udah mau masuk SMA, Paaa! :'D Udah putih abu-abuuu :'D Dan itu berarti, gadis kecilmu nggak boleh cengeng lagi kan, Pa? :'D
Tenang saja.. :') Papa tetap jadi partner terbaik sepanjang hidupku ! :')
No one can replace you, Dad! I swear! :)
Oh iya. Adik kangen, Pa. Sering tanya "Mbak, Papa dimana?" tapi aku sendiri ndak tau harus menjawab apa, Pa. :')
Saat aku berniat untuk mencari, pasti aku akan menemukan. Apapun itu, yang hilang, pasti bisa ditemukan lagi. Yang kita inginkan, pasti akan kita dapatkan. Tapi, bagaimana aku bisa mencari sosok nyata dirimu? Dimana aku bisa menemukan seseorang yang menjadi partner terbaik, dan Papa tersabar sedunia, selain kamu? :') Dimana?
Jawabannya satu, 'di surga'. Bukan begitu, Pa? :)
Kamu adalah partner terbaikku. Orang tua terbaikku.
Dan bukankah tempat orang-orang terbaik itu adalah di surga? :)
Hujan kali ini, di sepotong sore yang dingin, benar-benar menghempaskanku pada rasa kehilangan, kehampaan, dan kerinduan.
Hujan kali ini sungguh deras sekali. Aku tak membayangkan keadaan mu yang terbaring lemah disana.
Apa kah kau kedinginan? Oh iya! Sudah dua tahun lebih aku tidak mengunjungimu.
Apa kau merindukanku sedalam aku, mama dan adik merindukanmu?
Begini saja, kelak di waktu aku sudah lulus SMA, aku akan mengunjungimu! :) Membersihkan rumput-rumput liar yang mencoba menjamah nisan birumu. Jangan menolak, Pa :) Aku punya alasan sederhana untuk menjelaskan pemaksaanku.
Kami hanya rindu. Itu saja. Sederhana.
Rindu memang selalu sederhana kan, Pa? :)
|| Malang, 5 Mei 2014.
Farida Firdani [ @FirdaaaFF ]
Time flies so fast, huh? :)
Rewrite ke-3 dan sekarang aku sudah kelas 11 SMA.
Dan..... masih belum sempat juga mengunjungimu.
Will meet you, soon, Dad! I promise! :')
There are so many things I wanna tell to you.. Maaaanyyyyyyy thingssss! :) You'll surprise and proud to me, later :,) Ah! Everything has changed, and I'm already grown up, Dad. :p
Let me tell you a secret.......
Next year, after my graduation, I'll be there next to you, with someone who I love the most. His name is Ulwan Fakhri. Be nice to him, okay? He knows how to treat your little girl, Dad :) See you! :* :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar