Apa yang sedari dulu kau gumamkan itu?
Yang tiap kulirik dari sudut mata, tengah kau rapal dengan tatapan iba.
Apa yang kau pendam hingga menggunung itu?
Tingginya kini hampir menyaingi mahameru, tapi aku masih tak kunjung kau beri tau.
Apa yang diam-diam kau tabung itu?
Sesuatu yang tiap malam kau hitung sebagai kekayaan, dan bekal akhir bulan.
Engkau bertanya padaku di balik bilik dengan suara gemetar sambil terus memainkan nalar,
sementara aku menciptakan satu dua batuk karena merasa kikuk.
Padahal kau tau? Ingin rasanya aku berlari menghambur ke arahmu dan menebar peluk.
Kemudian, saat engkau tenggelam dalam bunyi srak sruk langkah kaki yang terdengar semakin renta,
aku meletakan dirimu di tempat yang seharusnya.
Lalu pelan-pelan berkata pada mata yang hujan dan dihujam banjir penyesalan akibat gengsi dan keegoisan.
Itu do'a dan sketsa demi kebahagiaanmu kelak, Ibu.
29 Juni 2014
#SehariBercerita di penghujung hari pertama.
-Farida Firdani-
@FirdaaaFF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar