I DARE YOU, BITCH!

  • 1

"I don't wanna be the other girl for somebody's relationship because I know how bad it feels when my relationship get ruined by that kind of girl."

Beberapa waktu lalu, kalimat itu tercuitkan di akun saya @FirdaaaFF, karena saya sedang resah dengan tren "Bangga Menjadi Selingkuhan" yang kini bermunculan. Mulai dari rekan kosan, rekan kuliah, sampai Ayu TingTing, semuanya heboh perselingkuhan. Saya juga resah sama perempuan-perempuan yang bersikap sok ramah dan "murah" ke para lelaki, lalu kelabakan sendiri ketika baper tapi gak kunjung diberi kepastian. Hoooaaam!

Saya tau, jumlah perempuan di dunia ini 5 kali lebih banyak dari lelaki. Tapi mbok ya jangan sampai ngembat punya orang. Loro mbut rasane. Tapi ya piye? Kalian yang suka jadi simpanan dan selingkuhan ini mungkin punya sudut pandang sendiri sehingga bangga melakukan hal itu. Saya juga punya sudut pandang, yang semoga tidak menyudutkan kaummu, jalang. Berikut akan saya tuturkan:

Menurut saya, jadi selingkuhan model apapun itu nggak ada terhormat-terhormatnya. Hati saya demo gak karuan sejak membaca tulisan mbak mbak di mojok.co beberapa waktu lalu, ditambah pahitnya pengalaman pribadi. Sebab bagi saya, wanita yang mau dijadikan selingkuhan atau menawarkan diri untuk jadi selingkuhan adalah wanita paling menyedihkan di muka bumi ini. Kalau kata selebtwit, "Semenyedihkan itu kah hidupmu hingga kamu harus merebut kebahagiaan orang lain?" IYA? SEMENYEDIHKAN ITU KAH?

Lelaki memang berkewajiban mencari nafkah untuk perempuannya. Tapi perempuan mandiri nan cerdas gak akan mau berpangku tangan begitu saja. Daripada cari pacar orang buat direbut, cari nafkah sana lho. Buat hedon mempercantik diri. (Eh, tapi sepertinya yang lebih butuh dipercantik adalah akhlakmu, mbak.) Ibu Kartini sudah susah payah memperjuangkan emansipasi biar wanita bisa berpendidikan tinggi dan cari nafkah sendiri, malah cuma dimanfaatkan untuk nyari laki-laki. Laki orang pula. Hih!

Lalu, bagi saya, perempuan yang ikhlas lilla hita'ala dijadikan selingkuhan itu derajatnya gak lebih berharga dari ikan teri yang tinggal kepalanya tok. Mending jadi sampah yang teguh pendirian kayak saya.

Kalau kalian, para wanita simpanan, mau ngeles dan membela diri, coba pikir-pikir lagi. Kalian kira laki-laki mau sama kalian karena kalian lebih cantik, seksi, dan pintar? Kalian pikir kalian berharga? Ora blas! Lelaki itu ibarat kucing yang nyari makan. Ada tumpukan sampah komplek yang bisa dimakan pun pasti dimakan, semua hal dicakar-cakar. Tapi coba perhatikan, kalau sampah itu nggak berhasil dicakar sama kucing tadi, ya ia akan pergi. Begitu pula lelaki. Kalau gak diladeni, kalau kalian gak membuka diri, cah lanang gak akan bablas kepincut jalang.

Mending jadi sampah yang tetep utuh terjaga sampai bisa diolah jadi berharga lagi, daripada jadi ikan teri yang bisa dijilat sana sini, daripada jadi ikan teri yang udah bekas om om bergigi ompong dan brondong.

Gak kasian sama suamimu kelak, mbak?

Ayolah, kalian lebih berharga daripada ikan teri yang dibuang dan dipungut lagi oleh kucing lain. Kalian lebih terhormat dari pejabat negara yang bangsat itu, jika kalian berhenti mengambil yang bukan hakmu. Berhenti lah jadi selingkuhan dan merebut kebahagiaan orang.

Eeeh?! Masih ngeyel pingin jadi selingkuhan?

Lelaki yang memilihmu untuk jadi selingkuhan itu pasti tau kalau kamu gak layak dijadikan pasangan. Kalian hanya selingan, hanya jadi halte pemberhentian, bukan jadi rumah ataupun sebuah tujuan. Kok mau sih hanya jadi selingan? Katanya butuh kepastian? Katanya ingin dijadikan peraduan?

Duh! Ra paham tenan aku sama jalan pikiran wanita simpanan macam kalian.
Kalian mungkin bahagia dapat sms dan foto topless dari mas-mas atau om-om kesayanganmu, tapi di saat kalian asyik berbincang, ada hubungan yang komunikasinya makin jarang, mbak.

Apakah merebut kebahagiaan yang sudah dibangun sekian lama oleh orang lain adalah arti kebahagiaan yang hakiki bagimu?

Apakah melihat sebuah hubungan percintaan jadi hancur lebur adalah makna cinta yang sesungguhnya bagimu? Bahwa cinta tak harus memiliki?

Taek! Omong kosong! Kalian gila kalau bahagia yang kalian petik adalah buah kesedihan orang lain.
Saya masih punya hati untuk tidak jadi wanita simpanan meski saya berkali-kali dapat tawaran. Sebab saya tau betapa sakit rasanya saat lelaki saya mau dicolong orang.
Saya masih seger waras untuk membangun kebahagiaan saya bersama kekasih, sehingga saya nggak perlu mengemis atau menggubris godaan dari lelaki haus belaian di luar sana.

Saya memang cuma sampah. Tapi sumpah, saya nggak pingin bikin orang lain susah.

Kalian, para wanita simpanan, juga selalu punya pilihan. Hidup selalu memberi kita pilihan. Dulu, lelakiku juga kuberi pilihan, dan dia memilih saya ketimbang memilih mantannya yang masih kegatelan. Saya akan sangat menghargai kalian yang memutuskan untuk pensiun jadi wanita simpanan, pun akan dengan senang hati membunuh kalian yang tetap bangga jadi selingkuhan.

Saya akan membunuh kalian, di dalam pikiran. Mati kau, jalang!

1 komentar:

  1. Gimana dengan kasus ini, Fir:
    Pada realitanya, aku banyak menemukan orang tua temanku yang menjadi "simpanan". Karena apa? Bukan karena lebih cantik, lebih sexy atau ceweknya yang kegatelan. Tapi laki-laki itu masih sayang dengan cewek yang dia kejar dulu. Hanya waktu yang memaksa dia saat itu untuk akhirnya menyerah dan menikah dg orang lain (karena cewek yang diidam2kan dulu udah nikah). Pas hubungan cewek idaman tsb goyah, si laki2 ini datang lagi.


    Sebenarnya masih banyak kasus perselingkuhan yang sebabnya bukan hanya "cewek gatel". Tapi salah satu kasus yang banyak ku temukan dan temanku sendiri adalah cerita di atas.

    Apa memang sebab perselingkuhan itu karena ceweknya saja? Di sini kan kasusnya kamu sangat nggak berpihak pada cewek simpanan (yang kasusnya beda)? Aku hanya ingin tau dari pemikiranmu sih, siapa tau bisa jadi solusi dari ibu-ibu yang mau gak mau jadi simpanan misalnya.

    BalasHapus