Pacarku mungkin teman cangkruk Tuhan.
Sebab ia selalu menunda pekerjaan seperti mendapat bocoran bahwa hari esok masih ada.
Pacarku mungkin titisan Tuhan.
Sebab ia dengan senang hati menyianyiakan hari ini seakan sudah tau bahwa di masa depan ia akan sekaya selebriti.
Pacarku sepertinya jelmaan Tuhan.
Sebab ia gemar sekali berkata "Next time deh" atau "Gampang lah, kayak besok ga ada waktu aja" pada beberapa pertemuan dengan keluarga, kolega, maupun kekasihnya.
Tak salah lagi.
Pacarku pasti seorang Tuhan.
Ia bisa dengan mudah menunda segala sesuatu karena tau dirinya abadi.
Baginya, umur koleganya di kampus masih cukup untuk beribu-ribu kerja kelompok dan presentasi lagi.
Baginya, umur kedua orang tuanya masih cukup untuk mendengar tangisan cucu mereka dan turut membesarkannya bersama kami sampai cucu ini punya cucu lagi.
Dan mungkin bagi pacarku, umurku sama abadinya seperti dia sehingga ia tak masalah kehilangan beberapa kesempatan bertemu denganku.
Aku sih sangat berharap pacarku benar-benar seorang Tuhan.
Sebab jika ia Tuhan, permintaanku untuk menghidupkan kembali papa pasti sanggup dikabulkan sehingga aku bisa hidup enak dengan tidak menghargai waktu maupun tidak takut kehilangan, seperti yang sudah dilakukannya.
Atau mungkin, ia bisa memindahkanku dengan papa di atas sana supaya di bawah sini aku tidak harus menjadi seseorang yang sangat menghargai pertemuan namun seringkali diremehkan dengan banyaknya penundaan.
Tapi jika pacarku bukan seorang Tuhan, semoga ia tak harus merasakan kehilangan yang sangat menyakitkan sebelum akhirnya ia bisa menghargai sebuah kehadiran.
Malang, 9 November '16.
Dari gadis yang berusaha dewasa dengan tidak mengutuk orang-orang yang tlah berlaku buruk padanya,
Teruntuk siapapun yang gemar menyia-nyiakan kehadiran orang tersayang dihidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar